Jika dilihat – lihat dan ditelaah sebenarnya telah terjadi kesenjangan antara dunia pendidikan tinggi dan industri. Kebanyakan, Perguruan tinggi memandang lulusan yang mempunyai kompetensi tinggi adalah mereka yang lulus dengan IPK tinggi dan dalam waktu yang cepat. Sedangkan dunia industri menganggap bahwa lulusan yang high competence adalah mereka yang mempunyai kemampuan teknis dan sikap yang baik.
Apa sih itu Hard skill
adalah kemampuan teknis yang dipelajari di kelas dan di laboratorium, belajar dengan rajin, giat, dan tekun akan memperoleh kemampuan teknis yang baik, dicerminkan salah satunya dengan nilai IPK yang tinggi.
Contoh: kemampuan membuat program. Mungkin Perusahaan dapat dengan segera melihat apakah seorang calon karyawan benar-benar dapat membuat program pada saat diuji.
Namun disayangkan ternyata itu semua tidak cukup. Banyak kalangan industri yang mengeluhkan bahwasanya lulusan sekarang banyak yang kurang memiliki sikap yang baik, seperti halnya dalam tidak mampunya memenuhi kontrak kerja atau tidak dapatnya menentukan gaji pertama mereka sendiri. Kurang dapat bekerja sama, tidak punya leadership, integritas pribadi dipertanyakan, etika kurang, dan sebagainya yang kesemuanya tidak dapat ditelusuri dari nilai IPK yang tinggi dan kelulusan yang tepat waktu semata.
Maka dari itu diperlukan pula atribut Soft Skill, seperti integritas, inisiatif, motivasi, etika, kerja sama dalam tim, kepemimpinan, kemauan belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel, komunikasi lisan, jujur, berargumen logis dsb, Soft Skill didefinisikan sebagai “personal and interpersonal behaviors that develop and maximize human performance (e.g. coaching, team building, decision making, initiative). Soft skills do not include technical skills, such as financial, computer or assembly skills” (Berthal).
Taukah kamu soft skill sebenarnya dimiliki oleh setiap orang, tetapi dalam jumlah dan kadar yang berbeda-beda. Porsi atribut tersebut dapat berubah jika yang bersangkutan mau mengubahnya. Jadi, atribut ini juga dapat dikembangkan menjadi karakter seseorang, yang dapat menentukan pula arah mana yang ingin kita capai dalam pembentukan sikap dan visi kedepannya. Lalu, bagaimana cara mengubah atau mengembangkannya? Tidak lain ialah harus diasah dan dipraktekkan oleh setiap individu. Dengan belajar atau ingin mengembangkannya. Menurut Dosen pembimbing saya (Dra. Ati Harmoni) yakni dengan mengikuti suatu ajang melalui lembaga kemahasiswaan dengan segala kegiatannya.
http://k4yu.blogspot.com
0 comments:
Posting Komentar