FORECASTING – Jadi ingat dengan pelajaran Manajemen Operasional, tentang bab peramalan. Mengingat kurang beruntungnya kelas aku 3eb01 mendapat dosen yang mengajarnya kurang fleksibel sehingga membuatku jadi mahasiswa gelap di kelas lain hehehhehe…
Tidak masalah sih, yang penting aku mengerti. Bukan masalah ambisi mengejar nilai namun aku ingin ada timbal balik nya saja. Karena pastinya bayar kuliah tidak murah bukan? Beruntungnya, aku adalah asisten di Lab Mamen – jadi pelajaran MO little-little I can deh! Belum lagi temanku si Patra, Litbang MO, kalo tersesat tanya aja dia hehhehe….
Hmm, by the way bus way – mengingat judul diatas tentang forecasting? Sebenarnya masih perlu kah? Baik untuk manajer atau untuk perusahaan. Forecasting kan itu peramalan, dalam pelajaran MO forecasting itu masuk kedalam materi dengan bobot lumayan. Jadi ya perlu lah.
Tapi peramalan itu kan masih dugaan sementara kalo di statistik itu namanya hipotesa. Menurut Spyros Makridakis, seorang Perancis tertarik untuk menguji keampuhan dari metode-metode forecasting yang sudah diformulasikan, dan banyak kesimpulan dan implikasi yang menarik bagi para praktisi dari kompetisi tersebut. Yang membuat para manajer sedikit “shock” dengan hasilnya adalah pertama, bahwa metode forecasting yang canggih seringkali tidak menghasilkan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode yang paling sederhana. Kedua, untuk data-data bisnis atau ekonomi yang sangat berfluktuasi dan tidak memiliki pola yang jelas, forecasting secara kualitatif seringkali memberikan hasil yang lebih baik dari pada hasil forecast secara kuantitatif.
Secara umum, implikasi dari kompetisi itu turut memberikan sumbangan untuk menyaringkan lonceng kematian metode forecast secara kuantitatif. Manager makin menyadari bahwa data-data penjualan yang diperoleh dari pasar atau dalam bisnis sudah tidak mengikuti aturan atau pola yang jelas. Akibatnya, kemampuan para manajer semakin lemah untuk melakukan ekstrapolasi walaupun dengan bantuan metode yang paling canggih sekalipun.
Lalu, masih perlukah manajer untuk melakukan forecasting?
Menurut Sukardi Arifin (sukardi@marketing.co.id) Pembuatan barang bedasarkan forecast sudah tentu masih diperlukan karena forecast tetap merupakan bagian dari strategic planning yang vital walaupun proses pembuatannya menjadi lebih sulit dan akurasinya dipertanyakan.
Marketing Manajer pada umumnya masih senang menggunakan persentase dari forecast penjualan untuk menentukan berapa uang yang harus dikeluarkan untuk melakukan aktifitas promosi. Oleh karena itu, pembuatan forecast adalah tahap awal dari pembuatan rencana pemasaran. Bahkan untuk bagian sales, kinerja dari seorang kepala cabang kadang-kadang diukur dari kemampuan mereka untuk membuat forecast dan bonus dari si salesman sering dikaitkan dengan pencapaian dari penjualan dibandingkan dengan forecast.
Kemampuan untuk memperbaiki satu persen dari tingkat akurasi dapat menambah penjualan atau mengurangi biaya inventori dalam jumlah yang besar. Forecast yang terlalu kecil akan merugikan perusahaan karena gagalnya perusahaan untuk melakukan deliveri pada waktu yang ditetapkan sehingga pelanggan mungkin akan memutuskan untuk membeli produk lain. Demikian juga, forecast yang sangat berlebihan akan memberikan beban biaya inventori yang sangat besar.
Sumber: Modul Manajemen Operasional
0 comments:
Posting Komentar